MENAKLUKKAN NAFSU
Oleh: DR. H. AW Evendi Anwar, M.Ag
Penyuluh Ahli Madya dan Dosen PPS Unsuri Surabaya
Hai orang-orang
yang beriman, bertaqwalah kepada Allah dan carilah jalan yang mendekatkan diri
kepada Nya… Al Maidah (5):35.
Bermacam-macam
jalan yang dapat ditempuh oleh manusia untuk mendekatkan diri kepada Allah. Ada yang melalui jalan
sains (ilmu) atau logika, ada yang melalui sentuhan kalbu atau getaran hati,
ada yang melalui dzikir. Dan ada pula yang melalui perantaraan musibah
yang menimpanya. Demikianlah, Allah memang membuka jalan bagi manusia yang
ingin menghampiri Nya.
Jika manusia
menempuh beberapa jalan sekaligus untuk menuju kepada Nya, maka hasilnya akan
lebih cepat dan berbobot. Ada
jalan yang menuju kepada Nya khususnya melalui dzikir. Teori mengenai dzikir ini, dapat direnungkan pada
beberapa keterangan ini:
”Dan sebutlah nama
Tuhanmu dalam hatimu, dengan merendahkan diri dan rasa takut dan dengan tidak
mengeraskan suara, di waktu pagi dan petang dan janganlah kamu termasuk orang
yang lalai.” Al A’raaf (7):205.
”Hai
orang-orang yang beriman, berdzikirlah (dengan meneyebut nama Allah), dzikir
yang sebanyak-banyaknya.” Al Ahzab (33):41.
”Aku selalu menurut sangkaan hambaKu
kepadaKu. Dan aku selelu menyertainya ketika ia berdzikir kepadaKu. Dan jika ia
ingat kepadaKu di dalam jiwanya, maka Akupun mengingatnya di dalam dzatKu. Dan
jika ingat kepadaKu di tempat ramai, Akupun mengingatnya di tempat ramai yang
lebih baik daripadanya. Jika ia mendekat kepadaKu sejengkal, Akupun akan
mendekat kepadanya sehasta. Jika ia mendekat kepadaKu sehasta, maka Akupun
mendekat kepadanya satu depa. Dan jika ia mendekat kepadaKu dengan berjalan, Akupun akan datang
kepadanya dengan berlari cepat.” Hadits
Qudsi.
Pengalaman menunjukkan,
teori yang disebutkan tadi itu hanya dapat dipraktekkan dengan benar oleh orang
yang bertaqwa; yaitu orang yang selalu taat mematuhi ”aturan main” Allah. Dan
untuk dapat menjadi orang yang bertaqwa,
maka harus bersih; tidak mudah dipermainkan oleh nafsu.
Jadi jelaslah, fondamen
yang diperlukan untuk mendekatkan diri kepada Allah melalui dzikir adalah kemauan
dalam menguasi nafsu. Seorang tokoh sufi yang bernama Abu Bakar Ath Thamastani
(beliau wafat tahun 951 M) berkata: ”Nikmat yang paling agung adalah
keluar dari hawa nafsu, karena hawa nafsu adalah tabir yang paling besar antara
seseorang dengan Allah.”
Seringkali kita mendengar
nasehat yang mengatakan kita harus berjuang keras mendisiplinkan diri melawan
setiap nafsu buruk yang muncul. Cara ini terbukti tidak efektif. Nasehat lama
itu harus dirubah. Bukan lagi berjuang sungguh-sungguh melawan nafsu, melainkan
berupaya optimal menggunakan akal dan hati yang bening untuk bertafakkur
meraih keyakinan Ilahiyyah atau
kebenaran hakiki.
Bila hati sudah terisi
dengan kayakinan Ilahiyyah ini maka nafsu otomatis menjadi tidak berdaya.
Mengapa demikian ? Karena keyakinan Ilahiyyah ini tanpa disadari akan berperan
mengendalikan sikap. Misalnya saja bila seseorang memiliki keyakinan bahwan hidup
ini adalah semata-mata untuk ibadah. Keyakinan ini otomatis akan mengerem sikap
yang berlawanan dengan ibadah karena bukankah sesuatu itu akan menjadi rusak
bila dipergunakan tidak sesuai dengan
maksud semula Ia ciptakan.
”Aku tidak menciptakan
jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku.” Adz Dzaariyaat
(51):56.
Tentunya semakin banyak
keyakinan Ilahiyyah yang terbenam di dalam hati, maka semakin sulit orang itu
dipengaruhi nafsu buruknya. Apalagi bila janji Allah memberikan surga kepada
orang yang mampu menahan diri dari keinginan nafsunya sudah menjadi pegangan hidupnya, niscaya nafsu semakin
tidak berdaya.
”Dan adapun orang-orang
yang takut kepada kebesaran Tuhannya, dan menahan diri dari keinginan hawa
nafsunya, maka sesungguhnya surgalah tempat tinggalnya.” An-Naazi’aat
(79):41.
Selanjutnya mari kita amalkan
teori yang telah dijelaskan sebelumnya, yaitu menyebut nama Allah (al-asma ul
husna) berulang-uang di dalam hati dengan menghadirkan rasa rendah diri
(tawadhu’) yang disertai rasa takut karena merasakan keagungan-Nya. Makin
tinggi ketaqwaan seseorang, maka dzikir akan terasa semakin khusyuk. Dzikir ini
dapat dilakukan kapan saja dan di mana
saja.
Dalam melaksanakan dzikir
ini, akan banyak dijumpai rintangan dan godaan yang menghadang. Untuk itu
diperlukan bekal motivasi yang tinggi. Salah satunya firman Allah SWT berikut:
”Setan telah menguasai
hati mereka lalu menjadikan mereka lupa mengingat Allah, mereka itulah golongan
setan. Ketahuilah bahwa sesungguhnya golongan setan itulah golongan yang
merugi.” Al-Mujadalah (58):19.
Bila melakukan dzikir ini
dengan benar, tidak sekedar mengucap di bibir saja, maka akan dirasakan hati
menjadi tenteram dan peka, sesuai dengan firman Allah berikut:
”(yaitu) orang-orang
yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah,
hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenteram.” Ar-Ra’d (13):28.
”Sesungguhnya
orang-orang yang beriman itu adalah mereka yang apabila disebut (asma) Allah
gemetarlah hati mereka...” Al-Anfaal (8):2.
Sebagaimana telah
disebutkan, dzikir bukanlah satu-satunya jalan untuk menuju kepadaNya. Kita
dapat pula mendekatkan diri kepada Allah melalui perbuatan sehari-hari. Yaitu
dengan selalu meniatkan bahwa yang kita lakukan adalah semata-mata hanya karena
taat mematuhi aturan main-Nya. Misalnya kita berbuat baik kepada tetangga bukan
lantaran ia baik kepada kita, tetapi semata mata karena Allah menyuruh kita
untuk berbuat demikian. Kita bersedekah bukan karena kasihan, tetapi
semata-mata karena Allah menyuruh kita untuk mengeluarkan sedekah membantu
meringankan beban orang yang sedang kesusahan.
Demikian pula kita hormat kepada mertua bukan
karena mereka itu baik terhadap kita, tetapi semata-mata karena Allah
menghendaki kita menghormati mereka. Hal ini mestinya dapat kita lakukan,
karena bukankah pada waktu kecil dulu kita mampu patuh melaksanakan perintah
dan nasihat orang tua ? Mengapa sekarang setelah dewasa kita tidak sanggup
patuh pada perintah-perintah Allah?
Kalau shalat dapat kita
kerjakan karena semata-mata taat mematuhi perintah Allah, rasaya mustahil bila
kita tidak dapat bersikap demikian pada perbuatan-perbuatan lainnya.
Dalam suatu hadits yang
diriwayatkan oleh At-Tirmidzi, Rasulullah SAW bersbda: ”Peliharalah
(perintah dan larangan) Allah, niscaya kamu akan selalu merasakan
kehadiran-Nya. Kenalilah Allah waktu kamu senang, niscaya Allah akan
mengenalimu waktu kamu dalam kesulitan.” Dan dalam hadits lain yang
diriwayatkan oleh Abu Daud, Rasulullah SAW bersbda:
”Barangsiapa memberi karena
Allah, menolak karena Allah, mencintai karena Allah, dan menikahi karena Allah,
maka sempurnalah imannya.”
Jaminan Allah dalam Al
Qur’an:
”Barangsiapa di antara
kamu yang patuh kepada Allah dan RasulNyaa, dan mengerjakan perbuatan baik,
niscaya akan Kami berikan pahala dua kali lipat, dan untuk mereka Kami sediakan
rizqi yang banyak.” Al-Ahzaab (33):31.
Kombinasi kedua jalan yang
disebutkan tadi telah terbukti sangatlah efektif untuk mendekatkan diri kepada
Allah dan sekaligus menaklukkan hawa nafsu.
0 comments:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !