Betapa istimewa pernikahan disisi Allah. Menjadi salah satu
tanda-tanda kebesarannya sebagaimana disitir dalam surat al Rum 21 dan menjadi
pengantar derajat yang tinggi dihadapan Allah bagi yang mampu memenuhi
persyaratan ihlas karena Allah dalam menjalani pernikahan.
Rasulullah bersabda : من نكح
لله وانكح لله فحق عليه ولاية الله barang siapa yang menikah karena Allah dan
yang menikahkan karena Allah mereka berhak mendapatkan derajat sebagai kekasih
Allah. Betapa tinggi derajat yang ditawarkan Allah bagi mereka yang menikah
karena Allah, maka seperti apa sebenarnya koridor liLLah hanya karena Allah
ini? Kisah Julaibib mungkin bisa menjadi salah satu tolok ukur apakah
pernikahan yang dilakukan lillah ataukah tidak.
Julaibib adalah seorang yang berwajah jelek
dan terkesan sangar. Postur tubuhnya pendek, bungkuk, berkulit hitam dan tidak
mempunyai harta. Ia tidak diketahui nasabnya dan tidak memiliki suku yang pada
saat itu dianggap cacat sosial yang besar bagi yang tak bersuku. Julaibib tidak
mempunyai rumah untuk berteduh. Tidurnya berbantalkan tangan dan beralaskan
kerikil. Ia sama sekali tidak mempunyai perabotan. Ia minum dari air kolam umum
yang diciduk dengan tangkupan telapak tangannya. Abu Barzah, pemimpin Bani
Aslam, malah pernah melecehkan Julaibib dengan ucapannya dihadapan kaumnya “jangan
biarkan julaibib masuk ditengah kalian! Demi Allah, jika dia berani begitu aku
akan melakukan hal yang mengerikan padanya.” Begitulah kondisi Julaibib dimata
orang umum.
Namun saat
hidayah menghampirinya dan menjadikannya menjadi muslim, Julaibib tidak pernah
absen dari shaf awwal saat berjamaah maupun jihad. Meski orang disekitarnya
mengesampingkan keberadaannya.
Rasulullah menaruh perhatian khusus padanya. Suatu hari, Julaibib yang
tinggal di suffah (semacam serambi) masjid Nabawi disapa dengan lemah lembut
oleh baginda Nabi SAW. “Julaibib tidakkah engkau menikah?” Julaibib menjawab : “siapakah yang mau
menikahkan putrinya dengan saya wahai Rasulullah, saya ini lelaki yang tidak
laku.” Rasulullah segera menjawab : “tapi kamu laku dihadapan Allah.”
Rasulullah
kemudian membawa Julaibib kepada salah seorang pemuka Anshar untuk meminangkan
putrinya untuk julaibib. Mendengar putrinya dipinang nabi tentu pemuka Anshar
itu sangat gembira, namun setelah mengetahui akan dinikahkan untuk Julaibib,
pemuka Anshor dan isterinya menolak dan berkata : “tidak akan pernah putri kita
menikah dengan julaibib.”
Putri pemuka Anshar
yang dipinang Rasulullah itu, mendengar dan berkata pada orang tuanya : “apakah
kalian hendak menolak permintaan Rasulullah? Demi Allah kirim aku padanya. Demi
Allah karena Rasulullah yang meminta, maka dia tidak akan membawa kehancuran
dan kerugian bagiku.” Putri pemuka Anshar itu kemudian membaca surat al ahzab:
36
“dan tidaklah
patut bagi laki-laki yang mukmin dan tidak pula bagi perempuan yang mukmin,
apabila Allah dan RasulNya telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada bgi
mereka pilihan yang lain tentang urusan mereka. Barangsiapa yang mendurhakai
Allah dan RasulNYa maka sungguh dia telah sesat , sesat yang nyata”
Rasulullah
kemudian mendoakan putri pemuka Ashar itu : “Ya Allah, limpahkanlah kebaikan
kepadanya dalam limpahan berkah. Jangan Kau jadikan hidupnya payah dan
bermasalah”
Putri itu sangat
yakin, seperti apapun rupa Julaibib, ia adalah lelaki yang direkomendasikan
Rasulullah. Ia pasti hebat dan berkualitas dihapdan Allah. Segala yang
dipilihkan Allah dan Rasulullah adalah yang terbaik.
Saat usai perang
uhud, para sahabat menyampaikan kehilangan keluarganya, kehilangan para
pembesar-pembesar, tetapi Rasulullah malah menyatakan “aku kehilangan Julaibib,
dia adalah bagian dariku dan aku bagian darinya.” Saat itu Rasulullah
kehilangan pamannya Hamzah tetapi beliau mencari Julaibib, pasti ia memiliki
tempat yang khusus dihadapan Allah dan Rasulnya.
Kisah ini
menunjukkan betapa pantas derajat sebagai kekasih Allah disematkan pada putri Anshar
yang mengabaikan paras muka dan derajat dihadapan manusia demi memilih derajat
agama yang tinggi dihadapan Allah dan Rasulnya. Seperti isyarat perintah
Rasulullah : “fakhtar bidzatiddin” pilihlah yang mempunyai agama,
mempunyai derajat yang tinggi dimata Allah sebagai pendamping hidup. Karena pernikahan
bukan sekedar media memenuhkan hawa nafsu tetapi lebih dari itu pernikahan yang
terorientasikan pada kebertundukan pada Allah dan Rasulnya dan upaya
membahagiakan Rasulullah di hari kiamat nanti dengan keturunan yang menjadi
ummat yang dibanggakan, akan menjadi penghantar menjadi kekasih Allah.
menikahlah karena Allah dan Rasulnya...
0 comments:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !